Kamis, 10 April 2014

JALANI HIDUP DENGAN OPTIMIS


T
idak ada satu pun alasan bagi kita untuk bersikap pesimis di dunia ini. Tuhan menganugerahkan begitu banyak nikamt, kelebihan, rahmat, dan rejeki bagi kita sesuai dengan apa yang telah kita kerjakan. Dengan segala kenikmatan itu, kita mempunyai potensi yang besar untuk mewujudkan apa yang kita inginkan. Lihatlah disekeliling kita. Betapa banyak orang yang mempunyai kekurangan dalam berbagai hal, tetapi dengan kesungguhan, mereka mampu mewujudkan apa yang mereka cita-citakan. Mereka mempunyai mimpi dan kemudian bekerja keras untuk mewujudkannya.
           
           Pesimisme timbul jika kita tidak mampu mengeluarkan kemampuan kita, dan menyalahkan segala sesuatu jika impian itu tidak tercapai, atau lingkungan kita tidak sesuai dengan apa yang diinginkan. Padahal, inti dari semua itu ada dalam diri kita sendiri. Orang-orang yang pesimis melihat segala sesuatu sebagai sebuah hambatan yang menjadi beban bagi kesuksesan yang mereka tuju. Padahal belum tentu hambatan-hambatan tersebut nyata, terkadang hanya ada di pikiran mereka saja.

           Karenanya, optimisme mesti ada dalam diri kita agar apa yang akan kita lakukan membawa jalan kesuksesan. Tanpa optimisme, sulit bagi kita untuk mengarungi berbagai kehidupan dengan tantangannya yang semakin sulit. Untuk membangun sikap optimis, kita perlu memahami bahawa semua yang ada dalam diri kita ada manfaatnya. Pemahaman itu akan membawa kita pada proses melakukan analisis mengenai kekuatan apa yang kita miliki dan bagaimana menggunakan kekuatan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Pemahaman akan kekuatan yang kita miliki menjadikan kita percaya diri untuk mulai melakukan sesuatu.
          Setiap orang diciptakan dengan kekuatan dan kelemahan masing-masing. Memahami kekuatan an kelemahan yang dimiliki akan menjadikan kita lebih mengenal mana yang bisa kita lakukan dan mana yang tidak bisa kita lakukan. Hal itu juga menjadikan kita mengetahui secara lebih pasti dibidang apa saja kita bisa bekerja lebih unggul dibandingkan yang lain. Selanjutnya, perlu ada keyakinan dalam diri kita bahwa jika orang lain bisa melakukan, kita juga bisa melakukan hal yang sama. Mereka makan nasi, begitu juga kita. Akan terpatri dalam diri kita bahwa kita mampu melakukan sesuatu dengan baik kalau ada orang yang mampu melakukannya.

         Setiap orang pada dasarnya mempunyai kesempatan yang sama. Yang membedakan adalah ada orang yang berani mengambil kesempatan yang dimilikinya karena percaya dengan kemampuannya, sementara orang lain tidak berani mengambil kesempatan yang ada karena tidak mempunyai kepercayaan diri bahwa ia mampu melakukan hal tersebut.

        Jangan pernah merendahkan kemampuan kita sendiri.salah satu kecenderungan negatif yang sering dilakukan seseorang adalah apa yang disebut sebagai “underestimate” (meremehkan, merendahkan) kekuatan yang dimilikinya. Akhirnya, hal itu menimbulkan rasa rendah diri yang tidak perlu pada saat melakukan sesuatu.

       Contoh yang terjadi adalah bahwa pada saat kita ingin melakukan sesuatu, di awal kita sudah terlebih dahulu takut dan tidak berani melakukan karena banyak hal: “merasa belum cukup umur, tidak berbakar, tidak berpengalaman, takut tidak bisa, atau takut mengecewakan”, dan berbagai ketakutan lain yang sifatnya merendahkan diri sendiri.

P
ikiran semacam itu menjadi belenggu bagi diri sendiri utnuk melihat dan memanfaatkkanpeluang yang tersedia. Kemampuan dan kemauan yang sudah ada pada diri sendiri terhambat oleh pemikiran sempit yang celakanya ditimbulkan oleh diri sendiri. Belenggu pemikiran semacam ini harus terlebih dahulu disingkap, dihilangkan jauh-jauh dari pikiran kita, sehingga potensi dan kesempatan yang terbuka di depan kita bisa dimanfaatkan secara maksimal. Jangan pernah menyerah, karena akan selalu ada harapan. Hisup ini akan selalu menghadapi berbagai persoalan yang terkadang datang silih berganti, hingga suatu saat, mungkin kita merasa berada pada satu titik dimana kita tidak bisa lagi menghadapi beban persoalan tersebut. Terkadang, di saat krisi tersebut, kita mengahadapi dilema besar. Sebuah pertanyaan muncul di hadapan kita: bisakah kita bertahan? Haruskah kita menyerah????????

          Dalam konsisi semacam ini, satu-satunya hal yang bisa kita lakukan adalah “melawan” semua kemungkinan kita untuk menyerah. Tanamkan dalam diri kita bahwa kita akan melakukan usaha sampai batas akhir dimana kita tidak bisa lagi berbuat apa-apa. Biasanya, orang yang dalam keadaan terdesak akan mampu mengeluarkan potensi dan kekuatannya jauh lebih dahsyat dibandingkan saat ia dalam keadaan normal. Artinya, sebenarnya jika hal itu ia lakukan dalam keadaan sadar, ia juga bisa melakukan hal yang sama, menarik kekuatan dirinya sampai batas yang paling memungkinkan.

         Orang yang dikejar anjing, misalnya, terkadang bisa melakukan hal-hal yang luar biasa, yang sebelumnya tidak terpikirkan. Dengan reflek, ia bisa lari sekencang-kencangnya, atau melewati pagar yang tinggi, meloncati parit, berenang di sungai, atau melakukan berbagai hal lain yang bisa jadi sebelumnya belum pernah ia lakukan.

         Jika kita mendapatkan suatu prestasi, sekecil apapun prestasi itu, syukuri dan nikamtilah. Prestasi semacam itu akan memberikan gambarn bahwa kita pun bisa melakukan sesuatu jika kita berusaha dengan keras. Gambaran semacam itu akan memberikan kekuatan untuk melakukan kerja dan karya yang lebih besar lagi. Begitu seterusnya sehingga semakin lama prestasi yang kita dapatkan semakin besar dari sisi kualitas dan kuantitas.

         Jika perlu, berilah reward untuk diri sendiri atas prestasi yang telah didapatkan. Rayakan prestasi tersebut; belikan hadah terbaik untuk diri sendiri, atau berikan istirahat dan relaksasi bagi tubuh Anda, karena telah mau diajak bekerja keras mendapatkan prestasi tersebut. Dengan demikian, Anda meraskan betapa penting diri Anda sendiri bagi orang-orang di sekitar Anda, dan Anda mampu menyumbangkan sesuatu bagi mereka.